Tidak bisa dipungkiri bahwa proses interdisiplin antara ilmu sosial khususnya antropologi dan ilmu-ilmu kesehatan menghadapi tantangan karena sejumlah alasan. Pertama, antropologi
mendasar bagaimana seharusnya mempelajari dan memahami realitas sosial. Kedua, penelitian ilmu-ilmu kesehatan didominasi oleh biomedis dengan metode kuantitatif, dan belum banyak dari para profesional kesehatan yang memahami antropologi dengan metode etnogafi dan kualitatif. Ketiga, ahli antropologi belum optimal memberikan argumen kepada para praktitsi kesehatan
Buku “Antropologi Kesehatan; Teori dan Aplikasi Intervensi Kesehatan” memberikan solusi dengan pendekatan-pendekatan ilmiah dan praktis untuk menengahi antara ahli kesehatan dan ahli antropologi yang bekerja dengan tujuan yang sama tapi berangkat dari perspektif disiplin yang berbeda. Di samping menumbuhkan sikap saling menghormati, saling pengertian terhadap asumsi dan pendekatan disiplin masing-masing, hal yang sangat penting adalah kerjasama interdisipliner yang tidak terbatas pada diskusi teori dan metodologi, tetapi juga upaya praktis dalam intervensi dan
Buku ini dapat membekali para akademisi dan ahli kesehatan yang bekerja dalam penelitian atau intervensi kesehatan masyarakat agar memahami beberapa teori dan pendekatan antropologi yang relevan dengan penelitian dan intervensi kesehatan dan penyakit untuk kualitas kesehatan masyarakat yang lebih baik dan keberlanjutan. Penulis tidak hanya menyajikan kajian teori-teori secara literatur saja, namun juga menyuguhkan bentuk-bentuk dan hasil-hasil penelitian serta intervensi kesehatan kolaborasi antara disilplin ilmu kesehatan dengan antropologi, atau dengan
Dalam perspektif antropologi penyakit tidak hanya diungkapkan dan dipahami dengan analisa biologi dari penyakit tersebut, tetapi para ahli antropologi kesehatan juga mengkaji kesehatan dalam berbagai konteks lingkungan dan kebudayaan (McElroy, 2009). Perkembangan teori antropologi kesehatan dalam memahami kejadian dan berkembangnya penyakit setidaknya ada tiga teori utama yang populer dan selalu digunakan untuk melengkapi pendekatan biomedis, yaitu; (1) teori medical ecology, (2) pendekatan political economy, dan (3) teori kebudayaan (Winkelman, 2009). Tidak berhenti pada teori-teori tersebut, dengan menkonstruksi pemikran Resenberg (1989) bahwa penyakit bukan ditemukan, melainkan dikonstruksi dalam proses sosial, penulis mengungkap determinan penyakit tidak hanya biologi melainkan juga sosial dan budaya. Secara praktis dan implementatif diperkaya dengan hasil penelitian antropologi kesehatan tentang penyakit tuberkulosisparu dan penelitian intervensi kesehatan berbasis kebudayaan (pendekatan antropologi