Buku Hikmah di Balik Luka mengajak pembaca menyelami kisah perjumpaan Nabi Musa as. dan Khidir dalam Surah al-Kahfi ayat 60-82, bukan hanya sebagai narasi historis atau teks keagamaan semata, melainkan sebagai perjalanan eksistensial menuju kedalaman makna kehidupan. Ditulis dengan pendekatan tafsir tematik yang berpadu antara kepekaan spiritual dan ketelitian akademis, buku ini menyoroti tiga peristiwa penting-perahu yang dilubangi, anak yang dibunuh, dan tembok yang ditegakkan sebagai simbol luka kehidupan yang menyimpan hikmah ilahi.
Melalui refleksi mendalam, dikaitkan dengan pemikiran klasik seperti al- Tabari, al-Razi, Ibn Kathir, hingga pemikir kontemporer seperti Sayyid Qutb, M. Quraish Shihab, dan Fazlur Rahman, serta disinari oleh nuansa tasawuf dari Rumi dan al-Ghazālī, buku ini membukakan cakrawala baru bahwa takdir Tuhan tidak selalu tampil dalam bentuk kejelasan atau kenyamanan. Sebaliknya, ia sering hadir sebagai kegelisahan, kehilangan, dan luka-yang justru menjadi pintu bagi pertumbuhan spiritual.
Buku ini bukan hanya tafsir, tetapi juga ajakan untuk “mengaji luka”: membaca kembali peristiwa-peristiwa hidup yang menyakitkan dengan mata batin yang sabar dan penuh iman. Ia ditujukan bagi siapa saja yang sedang bertanya “mengapa ini terjadi padaku?”, dan sedang mencari pelita di tengah kabut takdir yang tak terjawab. Dalam setiap halaman, pembaca diajak bukan sekadar untuk memahami, tapi juga untuk berdamai-dengan luka, dengan misteri, dan dengan kehendak Tuhan.